Penanganan limbah yang baik akan menjamin kenyamanan bagi
semua orang. Dipandang dari sudut sanitasi, penanganan limbah yang baik akan :
1. Menjamin tempat tinggal / tempat kerja
yang bersih
2. Mencegah timbulnya pencemaran
lingkungan
3. Mencegah berkembangbiaknya hama
penyakit dan vektor penyakit
Usaha untuk mengurangi
dan menanggulangi pencemaran lingkungan meliputi 2 cara pokok, yaitu :
1. Pengendalian non teknis, yaitu suatu
usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan
perundang-undangan yang dapat merencanakan, mengatur, mengawasi segala bentuk kegiatan industri dan bersifat
mengikat sehingga dapat memberi sanksi hukum pagi pelanggarnya.
2. Pengendalian teknis, yaitu suatu usaha
untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara-cara yang berkaitan dengan
proses produksi seperti perlu tidaknya mengganti proses, mengganti sumber
energi/bahan bakar, instalasi pengolah limbah atau menambah alat yang lebih
modern /canggih. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah :
1. Mengutamakan keselamatan manusia
2. Teknologinya harus sudah dikuasai
dengan baik
3. Secara teknis dan ekonomis dapat
dipertanggungjawabkan.
PENANGANAN LIMBAH PADAT
Limbah padat dapat dihasilkan dari industri, rumah
tangga, rumah sakit, hotel, pusat perdagangan/restoran maupun pertanian/peternakan. Penanganan limbah padat melalui beberapa tahapan,
yaitu :
1. Penampungan dalam bak sampah
2. Pengumpulan sampah
3. Pengangkutan
4. Pembuangan di TPA.
Sampah yang sudah berada di TPA akan mengalami berbagai
macam perlakuan, seperti menjadi bahan makanan bagi sapi / ternak yang
digembala di TPA, di sortir oleh pemulung, atau diolah menjadi pupuk kompos.
BERIKUT INI BEBERAPA
METODE PENANGANAN LIMBAH ORGANIK PADAT :
1. Composting
yaitu penanganan limbah organik menjadi kompos yang bisa
dimanfaatkan sebagai pupuk melalui proses fermentasi. Bahan baku untuk membuat
kompos adalah sampah kering maupun hijau dari sisa tanaman, sisa makanan,
kotoran hewan, sisa bahan makanan dll. Dalam proses pembuatan kompos ini bahan
baku akan mengalami dekomposisi / penguraian oleh mikroorganisme.
Proses sederhana pengomposan berlangsung secara anaerob
yang sering menimbulkan gas. Sedangkan proses pengomposan secara aerob
membutuhkan oksigen yang cukup dan tidak menghasilkan gas. Faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi proses pengomposan yaitu :
1. Ukuran bahan, semakin kecil ukuran
bahan semakin cepat proses pengomposan
2. Kandungan air, tumpukan bahan yang
kurang mengandung air akan berjamur sehingga proses penguraiannya lambat dan
tidak sempurna. Tetapi jika kelebihan air berubah menjadi anaerob dan tidak
menguntungkan bagi organisme pengurai.
3. Aerasi, aerasi yang baik akan
mempercepat proses pengomposan sehingga perlu pembalikan atau pengadukan
kompos.
4. pH (derajat keasaman), supaya proses
pengomposan berlangsung cepat, pH kompos jangan terlalu asam maka perlu
penambahan kapur atau abu dapur
5. suhu, suhu optimal pengomposan
berlangsung pada 30 – 450 C
6. perbandingan C dan N, proses
pengomposan dapat dihentikan bila komposisi C/N mendekati perbandingan C/N
tanah yaitu 10 – 12
7. kandungan bahan sampah seperti lignin,
wax (malam) damar, selulosa yang tinggi akan memperlambat proses pengomposan.
Cara pembuatan kompos,
memalui cara :
1. menggunakan komposter
2. tumpukan terbuka (open windrow)
3. cascing (menggunakan cacing)
Di dalam kompos terdapat unsur-unsur hara yang dibutuhkan
tanaman, sehingga digunakan sebagai pupuk tanaman dan disebut pupuk organik.
Dalam proses pengomposan, bahan baku kompos mengalami perubahan kimiawi oleh
mikroorganisme / bakteri yang membutuhkan nitrogen untuk hidupnya. Tetapi tidak
selalu bahan baku kompos mengandung nitrogen yang cukup untuk kebutuhan bakteri
pengurai tersebut sehingga diperlukan pemberian tambahan nitrogen, salah
satunya adalah EM 4 (effective microorganism 4) yang berfungsi sebagai
aktivator. Hal ini akan membantu bakteri hidup berkembang dengan baik sehingga
proses penguraian bahan baku kompos menjadi lebih cepat dan proses
pengomposan berlangsung lebih cepat
pula. Jika aerasi kurang, maka yang terjadi adalah proses pembusukan dan akan
mengasilkan bau busuk akibat terbentuknya amoniak (NH3) dan asam sulfida (H2S).
Kompos dari bahan baku
organik memiliki beberapa kegunaan antara lain :
1. memperbaiki kualitas tanah
2. meningkatkan kemampuan tanah dalam
melakukan pertukaran ion
3. membantu pengolahan sampah
4. mengurangi pencemaran lingkungan
5. membantu melestarikan sumber daya alam
6. membuka lapangan kerja baru
7. mengurangi biaya operasional bagi
petani atau pecinta tanaman
2. Gas Bio
yaitu pengubahan sampah organik yang berasal dari tinja
manusia maupun kotoran hewan menjadi gas yang dapat berfungsi sebagai bahan bakar alternatif. Kandungan gas bio
antara lain metana ( CH4) dalam komposisi yang terbanyak, karbondioksida ( CO2
), Nitrogen ( N2 ), Karbonmonoksida ( CO ), Oksigen (O2), dan hidrogen sulfida
(H2S). Gas metana murni adalah gas tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa. Supaya efektif, proses pengubahan ini harus pada tingkat kelembaban
yang sesuai, suhu tetap dan pH netral.
3. Makanan ternak ( Hog Feeding )
adalah pengolahan sampah organik menjadi makanan ternak.
Agar sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak harus dipilih dan
dibersihkan terlebih dulu agar tidak tercampur dengan sampah yang mengandung
logam berat atau bahan-bahan yang membahayakan kesehatan ternak.
BERIKUT INI BEBERAPA
METODE PENANGANAN LIMBAH ANORGANIK PADAT
1. Empat R ( 4 R = replace, reduce,
recycle dan reuse )
Replace yaitu usaha mengurangi pencemaran dengan menggunakan barang-barang yang ramah
lingkungan. Contohnya memanfaatkan daun daripada plastik sebagai pembungkus,
menggunakan MTBE daripada TEL untuk anti knocking pada mesin, tidak menggunakan
CFC sebagai pendingin dan lain-lain.
Reduce yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan
dengan meminimalkan produksi sampah. Contohnya membawa tas belanja sendiri yang
besar dari pada banyak kantong plastik, membeli kemasan isi ulang rinso,
pelembut pakaian, minyak goreng dan lain-lain daripada membeli botol setiap
kali habis, membeli bahan-bahan makanan atau keperluan lain dalam kemasan besar
daripada yang kecil-kecil.
Recycle yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan
dengan mendaur ulang sampah melalui
penanganan dan teknologi khusus. Proses daur ulang biasanya dilakukan
oleh pabrik/industri untuk dibuat menjadi produk lain yang bisa dimanfaatkan.
Dalam hal ini pemulung berjasa sekaligus mendapatkan keuntungan karena dengan
memilah sampah yang bisa didaur ulang bisa mendapat penghasilan.Misalnya
plastik-plastik bekas bisa didaur ulang menjadi ember, gantungan baju, pot
tanaman dll.
Reuse yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan
cara menggunakan dan memanfaatkan kembali barang-barang yang seharusnya sudah
dibuang. Misalnya memanfaatkan botol/kaleng bekas sebagai wadah, memanfaatkan
kain perca menjadi keset, memanfaatkan kemasan plastik menjadi kantong belanja
/ tas dll
2. Insenerator
adalah alat yang digunakan untuk membakar sampah secara
terkendali pada suhu tinggi. Insenerator efisien karena sanggup mengurangi
volume sampah hingga 80 %. Residunya berupa abu sekitar 5 – 10 % dari total
volume sampah yang dibakar dan dapat digunakan sebagai penimbun tanah.
Kekurangan alat ini adalah mahal dan tidak bisa memusnahkan sampah logam.
3. Sanitary Landfill
adalah metode penanganan limbah padat dengan cara
membuangnya pada area tertentu.
Ada 3 metode sanitary landfill, yaitu :
1. Metode galian parit (trenc method),
sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah bekas galian
digunakan untuk menutup parit. Sampah yang ditimbun dipadatkan dan diratakan.
Setelah parit penuh, dibuatlah parit baru di sebelah parit yang telah penuh
tersebut.
2. Metode area, sampah dibuang di atas
tanah yang rendah, rawa, atau lereng kemudian ditutupi dengan tanah yang
diperoleh ditempat itu.
3. Metode ramp, merupakan gabungan dari
metode galian parit dan metode area. Pada area yang rendah, tanah digali lalu
sampah ditimbun tanah setiap hari dengan ketebalan 15 cm, setelah stabil lokasi
tesebut diratakan dan digunakan sebagai jalur hijau (pertamanan), lapangan olah
raga, tempat rekreasi dll.
2. Penghancuran sampah (pulverisation)
adalah proses pengolahan sampah anorganik padat dengan
cara menghancurkannya di dalam mobil sampah yang dilengkapi dengan alat pelumat
sampah sehingga sampah hancur menjadi potongan-potongan kecil yang dapat
dimanfaatkan untuk menimbun tanah yang cekung atau letaknya rendah.
3. Pengepresan sampah ( reduction mode)
yaitu proses pengolahan sampah dengan cara mengepres
sampah tesebut menjadi padat dan ringkas sehingga tidak memakan banyak tempat.
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/5e3.html
http://carapedia.com/penanganan_limbah_info3657.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pengolahan_limbah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar