Pernahkah kamu mendengar mengenai
intalasi pengolahan Air Limbah (IPAL) merupapakan sebutan bagi fasilitas
pengolahan limbah cair/ air limbah yang dibuang masyarakat ataupun industri.
Setiap industri yang menghasilkan limbah pencemar seharusnya memiliki fasilitas
IPAL. Daerah pemukiman atau perkotaan juga idealnya memiliki IPAL yang dapat
menagani limbah domestik. Taukah kamu apa fungsi IPAL ? di IPAL, limbah cair
diolah melalui berbagai proses untuk menghilangkan atau mengurangi bahan-bahan
pencemar (polutan) yang terkandung dalam limbah sehingga tidak melebihi bakau
mutu. Setelah melalui proses pengolahan, air limbah diharapkan dapat dibuang ke
lingkungan dengan aman
Metode dan tahapana proses
pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat beragam. Limbah cair
dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses
pengolahan yang berbeda pula. Berikut ini akan kamu pelajari beberapa proses
pengolahan limbah cair yang telah diaplikasikan secara umum. Perlu kamu ketahui
bahwa proses-proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan,
berupa kombinasi beberapa proses, atau hanya salah satu. Proses pengolahan
tersebut juga dapat dimodifikasi, sesuai dengan kebutuhan atau faktor
finansial.
1. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tahap pengolahan primer limbah
cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan secara fisika. Pertama,
limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan jeruji
saring (bar screen). Metode ini disebut penyaringan (screening). Metode
penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan
padat berukuran besar dari air limbah. Kedua, limbah yang telah disaring
kemudian disalurkan ke suatu tangki atau bak yang berfungsi untuk memisahkan
pasir dan partikel padat tersuspensi lain yang berukuran relatif besar. Tangki
ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan
memperlambat aliran limbah sehingga partikel-partikel pasir jatuh ke dasar
tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya. Kedua
proses yang dijelaskan si atas sering disebut juga sebagai tahap pengolahan
awal (pretreatment).
Setelah melalui tahap pengolahan
awal, limbah cair akan dialirkan kea tangki atau bak pengendapan. Metode
pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang paling banyak digunakan
pada proses pengolaha primer limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah cair
didiamkan agar partikel-partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat
mengendap ke dasar tangki. Endapan partikel tersebut akan membentuk lumpur yang
kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih
lanjut.
Selain metode pengendapan,
dikenal juga metode pengapungan (flotation) . Metode ini efektif digunakan
untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau lemak. Proses pengapungan
dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menghasilkan gelembung-gelembung
udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron). Gelembung udara tersebut akan
membawa partikel-partikel minyak dan lemak ke permukaan air limbah sehingga
kemudian dapat disingkirkan.
Bila limbah cair hanya mengandung polutan
yang telah dapat disingkirkan melalu proses pengolahan primer, maka limbah cair
yang telah mengalami pengolaha primer tersebut dapat langsung dibuang ke
lingkungan (perairan). Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan lain
yang sulit dihilangkan melalui proses diatas, misalnya, agen penyebab penyakit
atau senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu
disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya.
1. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Tahap pengolahan sekunder
merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan melibatkan
mikroorganisme yang dapat mengurangi/mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme
yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.
Terdapat tiga metode pengolahan
secara biologis yang umum digunakan, yaitu metode penyaringan dengan tetesan
(trickling filter), metode lumpur aktif (aktivated sludge), dan metode kolam
perlakuan (treatment ponds/lagoons).
a. Metode trickling filter
Pada metode ini, bakteri aerob
yang digunakan untuk mendegradasi bahan organik
melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa
serpihan batu atau plastik, dengan ketebalan ±1 – 3m. Limbah cair kemudian
disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut.
Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan
didegradasioleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media,
limbah akan menetes ke suatu wadah penampungdan kemudian disalurkan ke tangki
pengendapan. Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses
pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari
air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan lebih
lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke
proses pengolahan selanjutnya jika masih diperlukan.
b. Metode activated sludge
Pada Metode activated sludge atau
lumpue aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah tangki dan didalamnya limbah
dicampur dengan lumpur yang kaya akan
bakteri aerob.proses degradasi berlangsung didalam tabgki selama beberapa jam.
Dibantu dengan pemberian gelembung udara untuk aerasi pemberian oksigen. Aerasi
dapat mempercepat kerja bakteri dalam
mendegradasi limbah. Selanjutnya limbah di salurkan ke tangki pengendapan untuk
mengalami proses pengendapan. Sementara lumpur yang mengandung bakteri
disalurkan kembali ke tangki aeras. Seperti pada metode tricking filter. Limbah
yabg telah melalui proses ini dapat dibuang di lingkungan atau diproses lebih
lanjut jika masih diperlukan.
c. Metode treatment ponds / lagoons
Metode treatment ponds / lagoons
atau kolam perlakuan merupakan metode yang murah namun prosesnya berlangsung
relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair ditempatkan pada kolam-kolam
terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan
oksigen. Oksigen tersebut digunakan oleh bakteri aerob untuk proses penguraian/
degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini.kolam juga diaerasi.
Selama proses degradasi di kolam limbah juga mengalami proses pengendapan.
Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan di dasar kolam, air limbah
dapat disalurkan untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut.
3. Pengolahan tersier ( tertiary treatment )
Pengolahan tersier dilakukan juka
setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah
cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat.pengolahan tersier
bersifat khusus, artinya pengolahan disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair/ air limbah.
Omomnya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan
primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat,
fosfat dan garam-garaman.
Pengolahan
tersier sering disebut juga pebgolahan lanjutan ( advenced treatment ). Pengolahan ini meliputi berbagai
rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat
digunakan adalah metodesaring pasir ( sand filter )saringan multimedia, precoal
filter, microstaining, vacum filter, penyerapan ( adsorption )dengan karbon
aktif. Pengurangan besi dan mangan , dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang digunakan
pada fasilitas pengolahan limbah. Hal
ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier
cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.
4. Desinfeksi
( desinfection )
Desinfeksi atau pembunuhan kuman
bertujuan untuk membunuh atau mengurangi mikroorganisme patogen penyebab penyakit
yang ada dalam limbah cair/air limbah. Mekanisme desinfeksi dapat secara kimi,
yaitu dengan menambahkan senyawa/ zat tertentu atau dengan perlakuan
fisik.dalam menentukan senyawa/zat untuk membunuh mikroorganisme dapat beberapa
hal yang perludiperhatikan, yaitu :
• Daya racub zat
• Waktu kontak yang diperlukan
• Efektivitas zat
• Kadar dosis yang digunakan
• Tidak boleh bersifat toksik ( racun
terhadap manusia dan hewan )
• Tahan terhadap air
• Biayanya murah
Contoh
mikroorganisme desinfeksi pada limbahcair adalah penambahan klorin/ klorinas, penyinaran sinar ultraviolet ( UV ) atau dengan ozon (
O3 ).
Proses
desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah prosespebgolahan limbah
selesai, yaitu setelah proses primer, skunder,sebelum limbah dibuang ke
lingkungan.
5. Pengolahan lumpur ( sludge treatment )
Setiap pengolahan limbah cair
baik primer skunder maupun tersier akan menghasilkan endapan polutan berupa
lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung, melainkandiolah
lebih lanjut.endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan
cara diurai/ dicerna secaraanaerob ( anaerob digestion ), lalu disalurkan ke
beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan landfill,
dijadikan pupuk kompos, atau dibakar
(incinerated).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar